Jumat, 30 November 2012

Regret and Repair

Assalamu'alaikum wr. wb.
 Sesungguhnya tidak satu manusia pun di alam ini yang terbebas dari dosa walaupun kecil. Namun demikian Allah swt dengan rahmatnya kepada hamba-hamba-Nya selalu memberikan kepada mereka yang berbuat dosa kesempatan untuk bertaubat dari segala dosa dan kesalahan. Allah selalu membukakan pintu taubat-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang mau bertaubat selama ruhnya belum berada di kerongkongan atau matahari terbit dari barat.







Masih ingat film 2012? Sekarang kita telah ditahun tersebut. Semakin mendekati tanggal utama di film yang banyak membuat iman para muslim melemah ini. Pertanyaannya, haruskah kita mempercayai tanggal yang terkandung disana? jika benar, siapkah kita untuk kembali manghadap Allah tanpa bekal yang cukup?

Aku pribadi tidak merasa memiliki banyak hal yang akan menjadi teman sejati di alam sana, bahkan mungkin masih nol. Setiap saat disengaja atau tidak dosa datang silih berganti. Kita menyakiti perasaan guru, orang tua, teman, saudara. Kita mendzalimi diri sendiri dan orang lain. Kita menipu diri kita sendiri dan merugikan orang lain. Terkadang beberapa hal diatas sudah mendarah daging, atau bisa kita kenal dengan 'sifat' kita. Pribadi kita. Ciri khas kita. Yang terkadang pula jika direnungkan kembali, sulit untuk dihilangkan.

Satu contoh adalah malas. Malas merupakan hal biasa diantara remaja, namun sadarkah kita hal itu tidak baik? tentu sadar. Namun semudah apakah kita menghilangkan hal tersebut dari diri kita?

Kemudian menyakiti hati siapapun. Terkadang kita berteriak, mengacuhkan, memarahi, berbicara dalam hati, mengumpat, mencela, dan mengkhianati kepercayaan orang kepada kita dengan atau tanpa kita sadari. Apakah hal tersebut merugikan kita? sepintas tidak. Tapi Allah tentu mengetahui semua janji di dunia yang tidak menjanjikan ini. Allah Maha Adil, kita sungguh tahu itu. Kita TAHU, tapi apa kita ingat? Ingat hanya jika hal tersebut sudah terjadi dan waktu adalah waktu, sekali habis tidak mampu diputar lagi.

Ibuku sering mengingatkanku, masih segar diingatanku bahwa detik ini tidak dapat terulang lagi dilain waktu. Yakinilah kita yang besok sudah lebih tua dari kita yang sekarang. Lakukan tanpa menunggu sesuatu yang merugikan, seperti jika kita disuruh melakukan sesuatu oleh orang tua ataupun guru. Beribu alasan terucap hanya untuk menundanya, padahal kita tidak melakukan hal yang lebih berguna dari itu. Jika kita melakukannya dengan cepat dan benar, ataupun biar lambat asal tujuan benar, tentu banyak yang kita dapatkan. Pahala, manfaat, kasih sayang, dan doa orang lain akan kita terima. Bukan untuk pamrih maksudku disini, tapi kembali kita pikirkan jika hal yang kita peroleh banyak positifnya, maka hal itu merupaka prioritas kita. Pikirkan hal ini:


Ikut tertawa bersama teman-teman sambil bercanda dan sambil makan-makan misalnya, memang menyenangkan, disaat yang sama orang tuamu khawatir padamu yang tak kunjung pulang ke rumah, nasi dan lauk sudah beliau siapakan dihadapan, menunggu makan bersamamu. Beliau rela memasak untukmu disela kesibukannya dengan hal rumah tangga, ketika kamu pulang apa yang terjadi? Beliau menawarimu makan dan kamu bilang masih kenyang. Beliau memakan nasi yang telah dingin itu seorang diri. Beliau tidak akan memarahimu karena beliau tahu kau sudah kenyang artinya kau tidak akan sakit. Tapi tengok hati beliau? tidakkah bisa kamu tebak?

Yang berikutnya adalah berbohong, yang notabene merutuku selalu merugikan. Sebagai manusia kuakui aku bahkan sering melakukannya. Kepada orang tua, kepada guru, kepada teman. Kepada orang tua kuakui sulit untuk berbohong. Mengapa? entah mengapa beliau seakan memiliki telepati kepada anaknya ini. Beliau tahu saat aku berbohong, dan saat aku jujur. Pernah satu kali akau mendengar adik berbohong, dan kukatakan pada beliau. lalu beliau berkata, "saya tau itu, saya hanya diam. Saya tidak mau ribut, yang penting dia mengerjakan sholatnya dan perintah saya. Meskipun saya harus mengulangi hal yang sama berulang kali, itulah seorang Ibu,"

 Tidak terkecuali dengan mencerca, menyela, mencibir. Siapapun benci dicerca, dicela, dicibir. Tapi kita terus melakukannya. Paling sering aku dapati adalah dengan teman dan guru. Bayangkan jika kamu mencibir dan mencela teman, semisal kita melakukannya tanpa suara. Tidak ada yang tahu kecuali kita sendiri dan Allah. Apakah dosanya berbeda dengan yang mencibir dengan nyaring? Hanya Allah yang tahu, tapi apa bedanya? toh sama-sama berdosa. Yang nyaring apalagi. Kita, Allah, dan orang yang mendengar yang tahu. Dan apa yang kita lakukan jika bertemu dengan orang yang kita cibir? Alih-alih meminta maaf, kita biasanya hanya tebarkan senyum palsu, setelah itu kembali mengumpat. Inilah Manusia, Manusia yang direguk bulat-bulat oleh zaman tanpa akhlak mulia.

Menyakiti diri sendiri juga dosa? jelas. Hal-hal diatas menurutku sudah masuk semua dalam kategori ini, karena tidak-ada diantara semua membawa pada kebaikan. Jika dinasehati, lalu nasehat itu tidak cocok dengan yang kita inginkan, apa yang biasa kita lakukan? Menyimpannya untuk dilain waktu, atau membuangnya tanpa ragu?



Jadi, siapkah kita untuk membawa diri kehadapan Allah? Dengan tubuh bersimbah kotoran ini?
Jika tidak, maka hal yang kita harus perbaiki adalah diri kita sendiri. Suka rela atau bahkan terpaksa, mau tak mau harus berubah. Karena kata salah satu guruku, terkadang sesuatu yang baik harus dimulai dengan sedikit pukulan keras. Kaca yang berdebu tidak akan bersih jika kita hanya meniupkan angin lembut, bukan?

Berikut, lanjutkan pula dengan bertaubat kepada Allah SWT, karena menurut telaah kita diatas, setiap apapun yang kita lakukan Allah selalu terlibat. Dan sebagaimana muslim kita sewajibnya selalu menyertakan Allah dalam segala urusan. Tapi, bahkan semua hal yang ada diatas merupakan cara lain kita untuk 'meremehkan' Tuhan kita sendiri, karena lupakan sifat-sifatnya yang Maha.

Al-Quran sendiri telah menganjurkan dan mendorong kita dalam bertaubat.
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (QS. Al Baqarah: 222).

Derajat apa lagi yang lebih tinggi dibanding kasih sayang Allah SWT?

Cara bertaubat dapat dilakukan dengan cara berdoa memohon ampun kepada Allah ta'ala atau dengan shalat Taubat.
Cara-cara melakukan taubat nashuha :
1. Meninggalkan kemaksiataan yang dilakukannya.
2. Menyesali perbuatannya.
3. Bertekad kuat untuk tidak mengulangi lagi selama-lamanya.
4. Jika terkait dengan hak-hak orang lain maka hendaklah ia mengembalikannya kepada yang memilikinya.

Semoga menjadi renungan yang membawa hal baik.
Ditulis ditengah belajar Impuls dan Momentum.
Wassalamu'alaikum wr. wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar