Senin, 10 September 2012

Sejarah nama

Udin Sedunia v.s Dini Aminarti


Assalamu'alaikum
 Cuma quick post sebelum saya lupa.

Biasanya orang Indonesia, kalo mau panggil nama orang yang dikenal biar ringkas, mereka akan sebut satu kosa kata pertama di nama orang tersebut, seperti:
Fitri = Fit!, janggal kan kalo "Tri"
Puri = Pur!, janggal juga kalo manggil "Ri"
Debby = Deb!, ini juga coba kalo "Bby"

Ada pula beberapa nama yang terdegar janggal jika dipotong kata pertamanya karena mereka mempunyai huruf vokal di awalnya, jadi kita akan memanggil mereka secara ringkas dengan menyebut bagian belakangnya. Seperti:
Ayu = Yu! masa "Ay, Ay" ?
Opan = Pan! Bukan "Op!"
Aldy = Dy! Bukan "Al!", emangnya Al El Dul.

Ada pula jenis nama yang diawali dengan huruf mati juga, tetapi janggal kalo dipanggil depannya, seperti:
Aqila = akan kita panggil jadi La! bukan "Aqil"
Karin = akan kita panggil Rin, kalo "Kar" jadi apaan?
Allisa = jadinya "Sa" bukan "Alis, Alis"

Nah, saya memiliki nama depan DINI. Disekolah sih normal, menurut rumus diatas, jika dikategorikan maka nama saya akan berada di kategori atas yaitu saya akan dipanggil "DIN" jika ingin meringkas. Tetapi, ternyata hal itu tidak berlaku dirumah. Saya sudah sering memperhatikan, bahkan teman saya Aidina juga ikutan memanggil saya begitu sekarang. Yaitu saya dipanggil "NI!" jika ingin meringkas. Janggal bukan? saya sendiri merasa begitu. Tetapi meskipun aneh, saya tidak punya keinginan untuk bertanya. "Kererajinan" kata orang banjar.

Suatu sore, Ibu saya kedapatan  sedang bercerita dengan dua adik saya yang kurang kece tentang saya. Saya mash sempat menguping, dan untungnya mendapatkan intisari dari pembicaraan tersebut. Ynag berbunyi:



Dahulu kala waktu saya baru lahir, dan masih imut-imutnya, kami masih belum pindah ke Beruntung Jaya. Dulu kami tinggal di daerah Beringin. Nah disana dulu rumah-rumah itu dapurnya dempet-dempet. Dapur tempat Ibu saya biasa nyuci de el el bersebelahan tepat dengan sepasang muda-mudi yang baru kawin dan maish belum punya anak. Waktu itu saya udah ada, dan masih nakal-nakalnya. Setiap hari ada aja yang saya bikin. Nanti saya numpahin kopi lah, yang jatuh dari ranjang lah, banyak pokoknya. Nah, Ibu saya yang biasanya masih berada di dapur selama saya menjalankan misi saya sebagai bayi pintar itu suka manggil-manggil saya kalau dengan suara-suara ajaib dari rumah. "Din! Din!" katanya.
Nah, kita lanjutkan cerita dua muda-mudi penganten baru dirumah sebelah. Tanpa disadari, si pemuda bernama UDIN, yang bisa kategorikan ke nomer dua. Artinya, dia juga biasanya dipanggil "Din! Din!". Si Udin ini suka nongkrong didapurnya yang bersebelahan dengan dapur kami. Entah nanti dia ngerokok lah, atau dia konser lah lagunya abege tua. Pokoknya intinya dapur itu wilayahnya dia.
Beberapa bulan berjalan, Ibu selalu memanggil saya "Din!". Suatu hari, si Udin mendatangi rumah kami. Dia mengaku suka salah dengar, kalo Ibu meneriaki nama saya, dia suka kesel karena ternyata yang dimaksud itu saya bukannya dia. Makanya, dmei keamanan, sebaiknya mama berhenti untuk memanggil saya "Din!" karena sebutan itu khusus diciptakan untuk nama panggungnya saja.
Ibu saya pun akhirnya memikirkan panggilan lain untuk saya. Awalnya mau jadi "Elizabeth", "Theodora", "Cecillia", "Brigitta", tapi nenek tercinta menolak dengan tegas. katanya nama-nama tersebut terlalu kampungan. Jadilah, saat ingin melakukan pengiritan dalam pemanggilan nama saya khusus di rumah, saya dipanggil "Ni!"


credit to Nini Inang yang sudah memberika saya nama yang eksotik dan ciamik, do'aku selalu menyertaimu nenek. Semoga kamu berada ditempat yang terbaik sekarang :) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar